OPINI  

Silfana Saidi, Pengabdian Untuk Boalemo

Bagikan Berita

Oleh: RAMLY SYAWAL

NARASI21.ID – Rasanya ada yang kurang dalam obrolan mengenai politik lokal Kabupaten Boalemo jika tidak menyebut seorang tokoh perempuan seperti Silfana Saidi, SH., MM (Kak Sil).

Dalam kondisi tertentu, pembahasan mengenai Kak Sil tidak hanya terlewatkan, melainkan memang sengaja disetop oleh orang tertentu. Alasan logisnya berdasar pada dua hal: pertama, selain mengancam elektabilitas tokoh politik lokal Boalemo, perbincangan tentang Kak Sil, berpotensi menyegel kepentingan ambisius tokoh politik lokal.

Berbicara soal Kak Sil berarti kita sedang memikirkan sikap Kak Sil yang kerap berhimpit tidur dengan masyarakat, dan kedua, ada semacam gimmick superior yang masih mengendap ditubuh tokoh politik lokal Boalemo, seolah-olah perempuan tidak pantas menyebarkan kebaikan melalui ranah politik, alih-alih menjadi pemimpin. Dua fakta diatas mengantarkan kita pada pembahasan yang agak serius tentang Kak Sil itu sendiri, dengan melontarkan terlebih dahulu pertanyaan yang sederhana tapi menyimpan makna yang dahsyat: siapa sebenarnya seorang Kak Sil atau dengan lengkapnya seorang Silfana Saidi, SH., MM itu?

Apa yang telah ia lakukan untuk kemajuan tanah kelahirannya di Boalemo? Lalu apa motif kebaikan-kebaikan itu terus mengalir dari tangan perempuan yang membesarkan 3 orang anak itu?

Sebuah Pengisahan Tentang Silfana Saidi.

Boalemo tidak pernah kekurangan tokoh politik lokal, begitu sejarahnya. Dalam setiap generasi pasti melahirkan tokoh perempuan tanpa saya sebutkan namanya satu-persatu, dan menjaga jangan sampai saya melewatkan nama lain tokoh perempuan dari setiap generasi di Boalemo, saya begitu yakin di pikiran Anda sudah terlintas secara spontan siapa saja tokoh politik perempuan itu.

Digenerasi hari ini, tokoh perempuan yang bersinar namun sengaja ditenggelamkan tak lain adalah Silfana Saidi. Ya, mengisahkan Kak Sil terkesan akan berlebihan. Tapi begitulah konsekuensi ketika melacak seorang Silfana Saidi. Kak Sil menjadi permata ditengah kerikil tajam dan reja-reja.

Secara singkat, Anda bisa bayangkan, jauh sebelum Pilkada 2017, Silfana memang telah akrab dan sangat bersahaja dengan masyarakat lokal Boalemo. Ia kerap turun mendampingi dan memastikan bahwa setiap manusia yang punya hak konstitusional harus tetap direkognisi oleh pemerintah. Lalu, ketika hendak melanjutkan perjuangan untuk masyarakat dalam kontes Pilkada 2017, pada akhirnya langkahnya terhenti.

Langkah Kak Sil terhenti bukan karena ia bukan seorang petarung ulung, melainkan ia “dikhianati”. Iyaa, Kak Sil “dikhianati” yang pada akhinrya itikad tulusnya terhenti. Tapi menariknya, alih-alih berhenti bersua dan membagi ikhlas dengan masyarakat, Kak Sil justru lebih menaikan level pertemuan dengan masyarakat secara masif.

Tampak sekali memang Pilkada bukan satu-satunya sarana, melainkan sebuah alternatif perjuangan bagi seorang Silfana. Pada waktu yang sama, obat paling manjur bagi Sil adalah tawa masyarakat. buktinya, setelah itikadnya terhenti di 2017, dengan waktu yang sangat tidak sebentar yakni selama 3 tahun ia selalu berada di garda terdepan untuk masyarakat.

Saya ingat betul, bahkan heran pula, salah satu desa di Paguyaman Pantai, dengan cakapnya Kak Sil sampai hafal nama dan siapa saja yang ada di dalam rumah masyarakat itu.

Dalam pikiran saya, desa yang kira-kira ada lebih dari 500 KK itu bagaimana cara Kak Sil mengetahui nama dan kondisi mereka. Seketika terlintas lagi di benak saya, ini contoh sederhana kedekatan Kak Sil dengan masyarakat. tidakkah ini sebuah permata yang saya sempat sampaikan di atas?

Selanjutnya, persis di 2019, ia kembali mengambil jalur alternatif perjuangan untuk menaiki tangga legislatif DPRD Provinsi Gorontalo melalui Dapil Boalemo-Pohuwato. Lalu Anda tahu apa yang terjadi?

Ditengah Kak Sil mendapat musibah karena sakit medis, dan pada saat yang sama Kak Sil tetap bersahaja dengan masyarakat, Kak Sil lantas digantungkan, dia kembali dikhianati.

Anda paham, penghianatan dalam politik itu memang disesuikan dengan faktor dan kondisi tertentu, pun sifatnya dinamis. Jika dalam Pilkada 2017 Kak Sil “dikhianati”, ditahun 2019 pada pemilihan legislatif Kak Sil justru “dikhinanati” secara aspek internal yang substansinya adanya propaganda dan melakukan cara-cara yang tak wajar pada pertarungan 2019 itu. Betapa tersiksanya Kak Sil telah melewati dua kondisi mengerikan itu.

Mengijabkan Silfana Saidi

Kendati tertatih dan terseok-seok, Kak Sil bukan tipikal orang yang begitu kena badai langsung menciut. Ia tangguh. Pengantar singkat di atas ingin mengatakan yang sesugguhnya, bahwa ruang 2024 seharusnya sudah milik Kak Sil. Dengan rentetan perjuangannya, ia layak mendapatkan itu. Saya tidak ingin membeberkan pembenaran melalui teori-teori yang berat seperti emansipasi, totalitarian, atau superioritas, dll.

Saya yakin dengan sangat Anda lebih paham dari saya. Bahwa keterwakilan perempuan dalam ranah politik, tentu. Bahwa secara praktik perempuan punya hak sama dalam politik adalah kewajiban. Yang saya ingin katakan, Kak Sil telah melalui proses pahit yang secara struktural ia dikalahkan secara sepihak oleh tokoh-tokoh superior.

Oleh karena itu, perlu ada tangan dan nafas yang panjang untuk mengawal Kak Sil dalam momentum Pilkada 2024.

Saya tahu, dan bahkan yakin, anda akan mengangap ini sebuah ocehan yang berlebihan. Keyakinan saya muncul karena saya pun paham politk lokal Boalemo sangat kompleks dan mental politik tentang

“penerimaan” belum tertata baik, tapi, semua itu saya abaikan untuk memastikan rakyat harus selamat, dan tak ada lagi pelanggengan otoritas sepihak di Boalemo. Melalui Silfana Saidi, saya yakin akan lebih cerah dan terang.

Dengan nada yang sama, saya tak perlu merinci pengeluaran atau proses pembangunan yang secara mandiri dilakukan oleh Kak Sil untuk Boalemo. Yang saya pahami, di tangan seorang perempuan hebat, Boalemo akan lebih gemilang.

Terakhir, kapan hari, Kak Sil menyampaikan kepada sekelompok anak muda sebuah kata yang sampai hari ini masih terus saya ingat: “apa yang kalian bayangkan tentang Boalemo ke depan? Tidak usah jawab. Jawaban itu kamu simpan saja, dan besok dengan izin Tuhan kita akan wujudkan bersama.”

Penulis: RAMLY SYAWAL
Editor : M. NANTO